Thursday 17 March 2016

Tafsir Jalalain (karya Imam As-Suyuthi)


 
Tafsir Jalalain Nama asli tafsir ini adalah Tafsil Al-Qur’anil Adzim sebagaimana yang tertera pada cover depan, dibawahnya disertakan dua pengarangnya, yakni Imama Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi. Karena ada dua nama jalaludin pada pengarang tafsir ini, maka kata jalal di tatsniyahkan sehingga menjadi Jalalain, yang kemudian dijadikan nama populer untuk tafsir ini, tafsir Jalalain.


Ada dua hal yang menjadi latar belakang ditulisnya kitab tafsir ini, pertama keprihatinan sang mufassir akan merosotnya bahasa arab dari kurun ke kurun dikarenakan banyaknya bahasa ajam (selain arab) yang masuk ke negara arab, seperti bahasa persi, turki, dan india. Sehingga mempengaruhi kemurnian bahasa Al-Qur’an sendiri, bahasa arab semakin sulit untuk difahami oleh orang arab asli karena susunan kalimatnya berangsur-angsur semakin berbelok kepada gramatika lughot ajam. Kosa katapun banyak bermunculan dari lughot selain arab, sehingga menyulitkan untuk mengerti yang mana bahasa arab dan yang mana bahasa ajam.


 Hal inilah yang dikelnal “Zuyu’ al Lahn” (keadaan dimana perubahan mudah ditemui) sehingga banyak kaidah-kaidah nahwu dan shorof dilanggar. Kedua, Al-Qur’an telah diyakini sebagai sumber bahasa arab yang paling autentik, maka untuk mendapatkan kaidah yang benar, pegkajian dan pemahaman terhadap Al-Qur’an harus dilakukan.
Tafsir ini semula ditulis oleh imam jalaludin al-mahally, mulai dari surat Al-Isro’ hingga akhir dari surat An-Naas, kemudian setelah beliau selesai menafsrkan surat Al-Fatihah, ternyata beliau sudah didahului panggilan dari sang pencipta, kemudian dilanjutkan oleh  Imam Jalauddin as-Suyuti, beliau menyempurnakan tafsir Al-Mahally, yakni menafsirkan ayat Al-Qur’an  mulai dari surat Al-Baqoroh  hingga ahir surat Al-Isro’. Akan tetapi, banyak yang salah faham mengenai masalah ini, banyak yang mengira bahwa Al-Mahally-lah yang mengarang jalalain mulai awal hingga pertengahan, selebihnya diteruskan oleh As-Suyuthi, ini adalah pemahaman yang salah, sebagaimana dikatakan oleh Syekh Manna’ Al-Qaththan dalam kitabnya Mabahits fi Ulumil Qur’an.

Oleh karena itu, As-Suyuthi menaruh surat Al-Fatihah berada di bagian belakang, tidak seperti tafsir-tafsir yang lain yang mendahulukan surat ini sebelum yang lainnya, karena beliau berkehendak supaya surat Al-Fatihah berkelompok menjadi satu dengan surat-surat yang lain yang telah ditafsirakan oleh gurunya, Al-Mahally.

Secara historis, tafsir ini sudah masuk ke tanah melayu pada abad ke-17 masehi, bahkan  diperkirakan suda populer pada masa itu. Ini terbukti dengan banyaknya manuskrip tafsir tersebut di musium nasional jakarta. Pada abad ini, Abdur Rouf Singkel telah membuat tafsir dalam bahasa melayuyang berjudul Turjuman al Mustafid (penjelasan masalah yang berguna), yang dianggap kitab tafsir pertama ditanah melayu yang mempunyai hubungan dengan tafsir jalalain. Pada mulanya, turjuman al-Mustafid dianggap saduran fersi melayu dari tafsir al-Baidlawi. Kesimpulan itu ternyata tidak tepat karena ternyata turjuman al Mustafid adalah saduran fersi melayu dari tafsir jalalin yang dilengkapi dengan beberapa kutipan dari tafsir al-Baidlawi dan uraian yang luas tentang surat al-Kahfi dari tafsir al-Khazin. Kenyataan tersebut memberi dugaan bahwa tafsir jalalain sudah dikenal sebelum penyaduran itu

link download : terjemah indonesia, Terjemah arab

wallaho a'alam bissowwab ,
sumber : https://ruruls4y.wordpress.com/2012/05/29/metodologi-penelitian-tafsir-jalalain/