Buku-buku
islami ber-genre sirah nabawiyyah bisa kita dapati secara mudah, mulai
dari literarur klasik hingga modern yang dikarang abad ke 20-an banyak
berserakan baik di toko buku ataupun di dunia maya sekalipun. sudah tidak asing
lagi di telinga kita dengan kitab turats di abad ke 2 hijriah yang mengupas tuntus
sejarah nabi Muhammad SAW sejak lahir hingga beliau dipanggil ke sisi-NYA
dengan nama kitab maghazi. maka Ibnu Ishaq yang dikenal sebagai pelopor dalam
penulisan sirah nabawiyyah mengarang kitab Al-Mabda wal Mab’ats wal Maghazi,
yang kemudian di riwayatkan kembali dan dikemas ulang oleh muridnya yang setia
yaitu Abdul Malik Ibni Hisyam, sehingga sekarang kitab yang fenomenal itu bisa
kita dapati dalam berbagai bahasa karena urgensi mempelajarinya.
Iya,
ada pepatah mengatakan “mempelajari sesuatu itu harus dari sumbernya” yang
artinya mempelajari islam supaya sesuai dengan norma-normanya ya harus dari
sumbernya yaitu tempat dimana sang baginda nabi Muhammad SAW dilahirkan. memang
banyak sih ada banyak buku karangan barat yang memuat kisah hidup sang manusia
yang paling sempurna itu, namun kadang disana ada penyimpangan dan
kesalahfahaman dalam berfikir dan menyimpulkan sebuah masalah.
Dengan
demikian fokus kita yaitu menyelami dahulu sekian banyak khazanah islam yang
bisa kita temukan sekarang ini dari sumber dan asalnya dulu. sebagaimana mempelajari
sirah nabawiyyah ketika kita merujuk ke beberapa kitab dari negara timur tengah
atau yang ditulis oleh para ulama dari negara itu, seperti kitab Sirah Ibnu
Hisyam, Sirah Al-Halabiyyah, Maghazi karangan Imam Al-Waqidi, Zadul Ma’ad
karangan Ibnu Qayyim Al-Jauzi, Fiqh Sirah karangan karangan Syeikh Muhammad
Ghazali, Nurul Yaqin, Ar-Rakhiqul Makhtum dan lain sebagainya.
Salah
satu karangan yang menjadi magnum opus dalam sirah nabawiyyah, lebih
spesifiknya lagi sirah tahliliyyah (analytical sirah) adalah kitab karangannya Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah, kitab zaadul ma’ad fi hadyi khairil ‘ibad adalah kitab
yang disusun oleh beliau Ibnu Qayyim semasa perjalanannya dari Damaskus menuju
Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. beliayu menulis kitab ini dalam keadaan
sulitnya perjalanan pada masa itu. bisa kita bayangkan orang-orang Quraiys yang
biasa melakukan perjalanan pada musim panas ke Syam pada zaman nabi itu selama
3 bulan. lantas bagaimana beliau bisa melahirkan sebuah karya yang menjadi masterpiece
di kalangan para ahli siyar wal akhbar. tak cukup sampai di sana perjuangan
beliau untuk berkhidmah kepada ilmu dan agama Islam, dalam mengarang kitab
tersebut juga beliau tidak membawa kitab rujukan untuk menghimpun maklumat yang
ditulisnya melainkan mengandalkan kesungguhan hafalan yang dimilikinya dan
kemampuan ingatan memori saja, meski demikian hasil yang didapat sangatlah
akurat dengan sedikit kesalahan kecil.
Diantara
keunikan kitab Zadul Ma’ad dibandingkan dengan kitab sirah pada umumnya adalah
kitab ini disusun berdasarkan bab-bab fiqh yang diambil dari petikan kisah
hidup nabi Muhammad SAW yang syarat akan hikmah dan pelajaran. dan juga
terkadang kita dapati di dalamnya kandungan hukum halal, haram, sastra, ajaran
tauhid, serta wejangan dan arahan-arahan hidup dari sang utusan Allah SWT.
berjalan dengan metode para ahli hadits dalam memilah-milih hadits, mengambil
istinbath dalam beberapa masalah fiqh yang dianggapnya rajih serta meninggalkan
yang dhaif.
Buku
setebal 2 atau 3 jilid ini, sangat menyenangkan untuk arungi serta dicari
mutiara-mutiara yang tersembunyi di dalamnya karena tidak sangat banyak
pelajaran berharga yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
dalam bermu’amalah dan berinteraksi sesuai apa-apa yang telah dicontohkan oleh
panutan kita nabi Muhammad SAW, sehingga kitab ini menjadi sumber penting dalam
mencari ilmu berdasarkan kisah perjalanan hidup nabi dan fiqh fiqh yang
dikandungnya.