Ketika kita
berani menerangkan sebuah hadits, maka otomatis kita telah menghukuminya,
bahkan kita telah bersaksi bahwa Rasulullah SAW menginginkan makna seperti ini
dan itu. ini bukan hal sepele lho ..... semua yang kita jelaskan kepada orang
lain dari hadits Rasul akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak.
terus
gimana donk kalau kita ingin memahami nash hadits dengan benar sekaligus bisa menerangkannya
dengan tidak keliru?
tentunya
ada beberapa ketentuan dan syarat yang harus kamu miliki dong, supaya bisa
memahami suatu hadits sesuai maksud yang Rasul inginkan. diantaranya adalah
kita harus meyakini dan crosscheck kembali kesahihan nash tersebut baik sanad
maupun matannya, tidak lupa dengan melihat kepada hadits2 lain yang memiliki
konteks sama dengan nash tersebut secara komprehensif, mengetahui ilmu nasikh
dan mansukh, memahami nash tersebut dari segi asbab wurudnya dan masih banyak
lagi pastinya.
kemarin
sempat ada yang bertanya: “Bang, kan kita tahu nih ya kalau pahala shalat
berjama’ah itu 27 sebagaimana hadits dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Imam
bukhari yang biasa kita dengar, nah ini kok ana nemu riwayat lagi yang
menerangkan pahala sholat jama’ah itu 25 derajat, padahal hadits itu juga masih
dalam kitab shahihnya Imam Bukhari, jadi yang bener yang mana dong bang,
bingung ane?”.
Imam Ibnu
Hazm berkata: “saya tidak pernah menemukan dua hadits yang sama sama
berpredikat shahih, saling bertentangan satu sama lain. barang siapa yang
pernah menemukan hal seperti itu maka datanglah kepadaku dengan membawa
bukti-buktinya”.
Mau tahu
keseruannya lebih lanjut, yuk download audio perpustakaan PPMI yang ada di bawah ini ...
Download di sini yah